Senin, 15 Desember 2008

Tentang Kertas Putih







Mengapa harus tiga kertas
putih?


Kami ada tiga orang. Aku (Lely),
Dama,
dan Sintia. Kami berani menggunakan nama kertas putih sebenarnya
berawal
dari puisi saya yang berjudul kertas. Tiba-tiba muncullah sebuah ide
yang amazing dari otak si mini Sintia. Jadilah kami kertas
putih.


Selain itu, kertas putih diibaratkan
seperti manusia pada awalnya. Bersih. Tak ada keburukan sedikitpun.
Namun,
seiring berjalannya waktu manusia yang putih suci itu mulai
terkotori
oleh berbagai jenis dosa. Jiwa diisi dengki, iri, kesombongan,
dan
banyak hal
lainnya. Perlahan jiwa merasa tak mampu menahan diri.
Terjatuhlah
ia ke jurang
yang lebih dalam lagi. Tapi ada beberapa
manusia yang percaya
dan yakin akan
kuasa-Nya. Dia begitu saja hadir di
setiap hati dan jiwa
manusia
itu.


Kami ingin menjadi seperti kertas putih.
Tapi bukannya kami mau dilumuri dosa yang banyak. Diibaratkan. Kertas putih
yang
tiada isinya itu perlahan diisi dengan lirik-lirik cinta yang
syahdu
yang
menggetarkan setiap jiwa yang membacanya. Namun pula ia
harus mampu
menentukan
arah langkahnya. Menentukan warna pribadi atau
jadi dirinya. Kami
kertas putih
yang sederhana ini hanya ingin menjadi
yang "luar biasa" bukan
sekedar "biasa".
Hanya itu. Cukup.


Hey You!


Siap-siap menjadi pesaing kami. Calon
penulis masa depan. Amin! Itu saja.